PELUANG BISNIS ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA TAHUN 2025

Indonesia tengah mengalami pergeseran besar dalam kebijakan energi nasional. Sejalan dengan komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi krisis iklim, pemerintah Indonesia telah menegaskan transisi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai prioritas utama. Hal ini tercermin dalam berbagai regulasi, target bauran energi, dan insentif investasi yang kini ditawarkan bagi pelaku usaha di bidang ini.

Arah Kebijakan Pemerintah: Menuju Net Zero Emission 2060

Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, sebagaimana disampaikan dalam COP26 di Glasgow dan dikuatkan kembali melalui kebijakan nasional. Beberapa kebijakan penting yang mendukung transisi energi ini antara lain:

  • Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Kebijakan ini mendorong percepatan proyek-proyek EBT melalui penyederhanaan izin dan pengaturan harga jual energi terbarukan.
  • RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2021–2030 dan proyeksi RUPTL 2025–2035, yang mencatat bahwa 60% dari tambahan kapasitas listrik Indonesia dalam periode tersebut akan berasal dari EBT. Ini merupakan sinyal kuat bahwa negara akan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.
  • Revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) oleh Dewan Energi Nasional yang menyesuaikan target bauran energi agar lebih realistis dan fleksibel, namun tetap mendukung pertumbuhan sektor EBT secara progresif.

Ragam Peluang Bisnis Energi Terbarukan

Berikut beberapa bidang usaha yang sangat prospektif dalam mendukung transisi energi nasional:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Dengan potensi sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun, Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan PLTS, baik skala industri, perumahan, hingga desa-desa terpencil. Penurunan biaya pemasangan dan dukungan regulasi menjadikan PLTS salah satu sektor yang paling menjanjikan.

2. PLTS Atap untuk Industri dan Rumah Tangga

Pemerintah menargetkan pembangunan 3,6 GW PLTS atap sebagai bagian dari strategi mencapai bauran energi 23% dari EBT pada 2025. Peluang terbuka bagi penyedia jasa instalasi, perawatan, hingga pengadaan panel surya dan inverter.

3. Sistem Penyimpanan Energi

Dengan semakin luasnya penggunaan EBT, kebutuhan akan battery energy storage system (BESS) untuk menyimpan energi secara efisien juga meningkat. Bisnis manufaktur, pengadaan, hingga teknologi pemantauan baterai akan sangat potensial.

4. Energi Biomassa dan Biogas

Indonesia memiliki potensi besar dari limbah pertanian, kehutanan, dan perkebunan untuk dikembangkan menjadi biomassa dan biogas. Bisnis ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat menciptakan ekonomi sirkular berbasis desa.

5. Tenaga Angin dan Air (Mikrohidro)

Di daerah-daerah dengan potensi angin dan sungai kecil, pengembangan PLTA mini dan turbin angin juga semakin relevan. Pelaku bisnis dapat menyasar kebutuhan listrik daerah terpencil atau wilayah dengan infrastruktur terbatas.

6. Konsultan dan Edukator Energi

Seiring meningkatnya minat publik terhadap EBT, kebutuhan akan jasa edukasi, pelatihan, dan konsultasi teknis juga meningkat. Bisnis ini dapat mencakup penyusunan feasibility study, pelatihan instalasi, dan sertifikasi teknisi energi terbarukan.

Dukungan Pemerintah & Infrastruktur

Indonesia juga sedang mengembangkan proyek transmisi hijau (green transmission) sepanjang 70.000 km untuk mendukung distribusi energi EBT dari daerah penghasil ke pusat-pusat beban listrik. Hal ini membuka peluang bagi sektor jasa konstruksi, penyedia kabel listrik, dan teknologi smart grid.

Tak hanya itu, berbagai skema insentif juga mulai diperkenalkan, seperti:

  • Potongan pajak dan kemudahan impor komponen EBT
  • Kemitraan publik-swasta (PPP) untuk proyek skala besar
  • Program pembiayaan hijau melalui lembaga-lembaga seperti BPDLH dan OJK

Proyeksi Pertumbuhan & Investasi

Laporan dari IESR (Institute for Essential Services Reform) menunjukkan bahwa investasi di sektor EBT Indonesia masih belum optimal, tetapi trennya meningkat. Diperlukan sekitar USD 25–30 miliar per tahun untuk mendanai transisi energi hingga 2060.

Bagi investor, peluang ini sangat terbuka karena Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan EBT, sehingga pemain awal (early adopter) berpotensi menjadi pelaku utama di masa depan.

Kesimpulan

Dengan dukungan kebijakan pemerintah, insentif fiskal, serta kebutuhan global akan energi bersih, sektor energi terbarukan di Indonesia adalah ladang emas bagi pelaku bisnis yang visioner. Baik sebagai produsen, penyedia jasa, investor, maupun edukator — Anda bisa menjadi bagian dari transformasi energi Indonesia. Hubungi kami segera untuk konsultasi lebih lanjut!

Rekomendasi News & Blog

Lihat rekomendasi artikel lainnya untuk menambah wawasan Anda:
pexels-pixabay-534216
Read More
pexels-pixabay-414837
Read More
1000125024
Read More
5e86ba911b212
Read More
pexels-jan-rune-smenes-reite-221584-3207536
Read More
20250205_171345
Read More
DSC09098
Read More
pexels-sevenstormphotography-439416
Read More
pexels-pixabay-40568
Read More
1000014983
Read More

Tertarik untuk mengambil layanan yang mana?

Ayo Segera Hubungi Kami!

Pilih layanan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda! Tim kami siap membantu kapan saja!

Scroll to Top